Cerita Saat berbaju Putih Abu di Kala itu

Syukur atas anugrah Tuhan yang MahaKuasa, aku Falahul Mualim Yusuf, terlahir dari rahim seorang perempuan berdarah Jawa, sekitar 25 Tahun silam, tepatnya tanggal 16, di penghujung bulan, tahun 1992, kala itu di sebuah kota yang dahulu masih menginduk Provinsi Jawa Barat, Kota Tangerang, ya, itu adalah kota asalku dilahirkan.

Sejak kecil, aku dibesarkan dari lingkungan yang agamis, pendidikan Islam mulai ditanamkan saat aku berumur lima tahun, hingga pada akhirnya, aku menempuh Pendidikan yang berlatarbelakang Islami, sejak dari sekolah dasar hingga sampai bangku kuliah.

Namun Sebenarnya bukan itu yang ingin aku ceritakan, tetapi ada suatu hal cerita tentang... "hemm". Apa yaa?

Oke,
Baiklah aku akan segera ceritakan.

Hampir dari setiap orang sepakat tentang satu fase yang kehadirannya penuh dengan berbagai cerita. Namun, bagi mereka pasti mempunyai asumsi yang saling berbeda.

Tapi menurutku, kehadiran fase itu yakni disaat pada masa Sekolah Menengah Atas. "Ya" SMA, ia telah menjadi saksi perjalanan dengan sejuta keanekaragaman ceritanya.

Di tahun 2007, aku menempuh pendidikan di SMA, namun bukan di sekolah umum, tetapi di sebuah Pondok Pesantren berbasis modern di pusat Ibukota, yang terletak di Jalan Panjang  Kebon Jeruk Jakarta Barat. Disana aku  mendalami Ilmu Agama dan disiplin ilmu umum lainnya selama tiga tahun, sejak 2007 hingga pertengahan 2010.

Secara umum Pesantren bagi sebagian orang mungkin masih dipandang sebelah mata, bahkan mempunyai konotasi menyeramkan atau membosankan, sehingga banyak dari orang tua, enggan menitipkan anaknya agar di bina dan bersedia tinggal di sebuah asrama yang jauh dari jangkauan mereka, namun tidak juga bagi kalangan yang memang memahami konsepsi dari nilai pesantren itu sendiri, dengan segala keunikannya.

2008, adalah tahun yang istimewa bagiku, karena banyak peristiwa yang membuatku mulai belajar tentang "perjalanan menaiki anak tangga" begitu aku menyebutnya.

Seperti merokok, berkelahi, kesemsem wanita idaman, serta kabur dari lingkungan pesantren, dan banyak lagi yg masih tersimpan jelas dalam memoriku, namun ada pula momentum yang bernilai positif, seperti saat kala itu tampil di sebuah pentas panggung Kreasi yang di hadiri puluhan ribu santri, namun kali ini aku ingin menceritakan tentang kejadian-kejadian unik saat berada di Pesantren.

Saat itu, di bulan februari 2008, tepatnya sore hari tanggal 20 Februari, aku bersama sahabat dekatku, Kabo, begitu panggilan kampungnya, hendak pergi bersama untuk menyaksikan pertandingan Persija Jakarta di Stadion Gelora Bung Karno. Senayan. Namun kami tak punya banyak uang kala itu, karena hidup di pesantren memang harus berusaha hidup mandiri, dengan perbekalan dan modal yang serba minim, tetapi hal itu tak menghalangi kami untuk menyaksikan laga pertandingan pada di sore itu.

Singkat Cerita Setelah selesai melakukan shalat berjamaah di pesantren, kami berbincang dan duduk di pelataran samping halaman Masjid. Lantas temanku berbicara padaku,
" Lim, GBK yok, nonton Persija, lu punya duit berapa," tanya temanku Kabo.
Lantas aku pun menjawab " wah duit ane cuma tinggal 50 ribu bo" kataku. Lalu aku pun bertanya balik kepadanya.
"Ente punya berapa duit, emang tiket berapaan" tanyaku. Kemudian ia berbisik di telingaku "ada slow, tapi jangan izin, kita cabut aja, susah soalnya keluar" ujarnya sambil tertawa sedikit lebar kearahku. Aku pun membalas, Dangan senyum sedikit lebar, dan mengIyakan ajakannya, Setelah itu kami melanjutkan perrbincangan cukup lama perihal sepakbola tentunya.

Sementara itu, tak lama berselang, terdengar suara riuh mulai menggema, tampak gemuruh kerumunan dengan atribut khas berwarna Oren, sambil berdendang menyanyikan lagu di sepanjang jalan, lalu lalang melintas di depan pesantren, yang memang terlihat dari sudut sekitar Masjid. Karena memang letak pesantren persis berada di pinggir jalan raya.

Memang pada dasarnya, Para santri yang hendak ingin keluar pesantren harus melakukan proses perizinan dari pihak keamanan pesantren, tetapi harus sesuai dengan prosedur dan keperluan yang jelas, karena jika melanggar, akan ada sanksi hukuman yang diterima bagi para santri yang tidak mengikuti aturan.

Selepas itu, kami sepakat untuk pergi menonton pertandingan,
meski tidak melalui prosedur perizinan, dan, kami pun keluar dengan cara memanjat tembok di halaman belakang yang jauh dari Jangkauan pihak keamanan Pesantren.

Saat berada diluar, kami mulai mengumpulkan uang, namun ternyata temanku Kabo hanya memiliki jumlah uang yang lebih sedikit dariku.
Dengan raut wajah yang sedikit kusut, ia mulai bicara denganku
" Lim, duit ane cuma 15 ribu, maapin ya" sambil mengelus rambutnya dengan suara memekik.

"Yah, kampret gimana nih cukup gak," jawabku dengan suara yang sedikit meninggi. " Tau gitu mending gak jadi" sahutku kembali.

Sejak awal aku memang sudah curiga, saat kami berbincang di pelataran Masjid, namun kecurigaan itu sirna karena kecintaan ku terhadap sepakbola.

Aku dan Kabo, memang di kenal sebagai penggemar sepakbola di pesantren, masing-masing dari kami bahkan memiliki berbagai atribut tim sepakbola yang beragam kala itu.

Setelah itu, kami pun berbincang dan sepakat untuk melanjutkan perjalanan menuju Ke Senayan. Dengan membawa bekal seadanya, kami akhirnya berangkat bersama demi memuaskan dahaga.

Saat di stadion, kami menyaksikan Pertandingan dengan khidmat, dan berjalan menarik, dengan kemenangan Persija Jakarta 2-0 atas tamunya.

Singkat cerita, setelah menyaksikan pertandingan, kami bergegas pulang kembali menuju pesantren, tetapi ditengah perjalanan, aku tiba-tiba kehilangan uang, entah jatuh dimana, atau aku salah menaruhnya, dilain sisi, sebagian uangku telah habis untuk membeli tiket,
Dengan kondisi tersebut kami hanya bisa pasrah, sehingga kami berjalan pulang dengan bermodalkan dengan rokok dan air mineral saja, karena memang tak ada ongkos yg tersisa, dan kami berupaya untuk menumpang dengan menghentikan mobil bak yang berjalan kearah kami pulang, atau dalam istilah kerennya "nge BM", dan kami akhirnya bisa pulang dengan menumpang mobil bak berukuran sedang dengan bayaran barter atau tuker rokok 2 batang.

Di saat mendekati wilayah pesantren, tak disangka, kami ternyata diikuti oleh seorang bertubuh gempal dengan menggunakan peci berwarna putih sedikit kuning, ia berbaju hitam seraya dengan cepat merangkul kami dari arah belakang dan berkata, " Hayoo Masuk, ini rambut keren amat". Ujarnya.

Seperti ketimpah buah Nangka.
Ternyata ia merupakan salah satu pihak keamanan, yang bertugas di luar pesantren, sehingga akhirnya kami berdua "tercyduk basah". Kami hanya pasrah dan menunggu datangnya hukuman.
Aku bergumam di dalam hati "kenapa gak izin tadi ya, sial rambut gua ancurr nih,". Pikirku yang masih kesal kala itu.

Ketika berada di dalam, kami dimintai keterangan layaknya sebuah tersangka yg sedang di interogasi di kantor polisi, dan setelah itu kami akhirnya di hukum untuk di cukur rambutnya secara acak atau dalam istilah lain "di pitakin".

Singkat Cerita, Keesokan harinya, saat menjelang adzan Shubuh, terdengar suara langkah kaki dengan membunyikan sesuatu yang dibawanya, tenyata suara itu semakin mendekat ke arah kamar ku, dan semakin nyaring berbunyi dan berkata " ayo Yo istigosah,  bangun, jangan kalah sama setan " ujarnya.
Ia pun menuju ke tempat tidur ku, seraya mengucap " Alim Ayo bangun, ayo istighosah, awas jika ustad balik kesini belum berangkat" kata nya dengan memerintah sedikit keras kepadaku sambil membangunnya temanku yang lain.

Ternyata ia adalah Ustad Syukri, ia merupakan petugas yang setiap hari berkeliling kamar untuk membangunkan para santri agar melakukan Istigosah dan itikaf sebelum shalat shubuh Berjamaah.

Sungguh waktu shubuh memang penuh dengan tantangan, seperti ada sebuah rantai baja yang terlilit di tengah leher dan mata, begitulah kondisi para santri saat shubuh, tak terkecuali bagiku.

"Iyaa tad, siap merapat, huaaahh"  jawab ku sambil menguap.
Pukul 03.45 aku pun bergegas bangun, tetapi bukan untuk menuju ke Masjid, melainkan ke sebuah lemari berukuran besar, yang memang dipergunakan sebagai "Istana Setan", wkwkwk, ia adalah tempat alternatif untuk tidur, LEMARI, ya lemari, begitulah namanya, lemari itu telah memang telah tersusun dengan rapih, dan menjadi perebutan diantara para santri dikamar ku.

Namun aku mengabaikan ucapan Ustad Syukri, hingga akhirnya aku mulai terlelap kembali di dalam lemari.
Tetapi tak lama berselang, berjarak 10 menit kemudian, tiba-tiba bunyi serokan gayung tergiang di depanku
"Hueaak cjurrrrs"  lantas aku berteriak "Wanjaaayyy weh apaan nih", tanyaku.
Ternyata itu adalah air  yang telah membasahiku di seluruh badan, dan  ustad Syukri yang kembali membangunkanku.
Sontak aku pun langsung bergegas keluar dengan kondisi seluruh badan basah kuyup.

Memang istilah "sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga" sangat tepat untukku.

Aku pun tak mengerti, mengapa ustad Syukri mengetahui tempat persembunyian ku. Kemudian ia memintaku kembali.
"Alim berangkat sekarang"
sorot mata ustad yang tajam menatapku.

Aku hanya bisa membalas dengan wajah ketakutan dan menggigil,
 "iyaa tad, Maaf atas sikap acuh saya tad" sambungku.

"Yasudah sekarang berangkat dan jangan diulangi lagi" tuturnya.

Kemudian setelah itu aku pun bergegas menuju Masjid untuk melaksanakan istighosah dan sholat shubuh berjamaah serta beraktivitas seperti biasa.

Semoga secuplik kisah ini, bisa menjadi pelajaran, bahwa kita harus berusaha manfaatkan waktu sebaik-baiknya, hindari perbuatan atau kegiatan yang banyak mengandung hal negatif, seperti dalam ceritaku diatas, Kabur, merokok, dan lain-lain. Selain itu juga mengenai Waktu Shubuh yg merupakan waktu yang memang sangat istimewa, karena banyak mengandung rahasia-rahasia tersembunyi, bagi orang-orang yg benar merenungi dan mengambil hikmah serta makna di waktu Shubuh, selain itu, Shubuh hari juga merupakan waktu yang mampu menambah kecerdasan intelektual, ketenangan ruhani, sehingga harus dipersiapkan dengan baik karena untuk meraih Cinta dan Ridhanya, sebagai bentuk kepatuhan untuk menyambutnya, bertemu dan bersujud dengan mesra kepada Allah SWT Sang Pencipta. Waallahu A'lam.

Semoga bermanfaat.
Salam Sabda Peradaban..

Komentar

Postingan Populer