Sajak - Malaikat Berhati Mulia
Lihatlah,
Sunguh bersinar,
Cahaya keindahan itu,
Anugrah dari sumber pengasih,
Ya' dari segala yang welas asih.
Tumbuh dan berkembang,
Sifat suci bersemayang dalam dirinya,
Dalam tutur, sikap dan perilakunya,
Mulia akhlaknya, semulia derajatnya.
Dengan tulus,
melangkahnya ia, mengemban amanah, menyelimuti setiap kaki yang berjalan kepadanya,
Merintih dan meringkik kepadanya
Tanpa lelah, tanpa meminta apa-apa,
Jutaan Kasih sayangnya,
tak pernah ujung menua,
Tercurah dengan luhurnya, sifat mulianya.
Sungguh begitu ikhlasnya.
Wahai sang pengibur lara,
Dirimu bagai rembulan dikegelapan malam,
Wajahmu membuat teduh, saat kami sedang geram,
melewati masa-masa yang kelam,
Senyummu seperti obat,
saat kami sedat merasakan penat.
Nasehatmu adalah Bunga yang merekah saat kami salah langkah.
Terimakasih sang petuah.
Engkau, sang terkasih.
Sungguh ridhomu bagai ridho Ilahi,
Merubah yang samar menjadi sebuah makna,
Makna dari sebuah masa menjelang dan akan datang.
Menciptakan keajaiban,
Seperti senja menyambut petang,
Tersirat dengan warna keindahan alam,
Oh terpejem,
Mataku biru, sendu tertunduk haru,
Maafkan aku yang sampai saat ini belum berbakti kepadamu.
Namun,
Aku tau,
Bahwa
Rasamu juga rasaku,
Rindumu juga rinduku,
Karena Aku adalah kamu
Aku mencintaimu,
Anugrah terindah berjumpa denganmu,
duhai Malaikat berhati Mulia "Ibu" ..
Sunguh bersinar,
Cahaya keindahan itu,
Anugrah dari sumber pengasih,
Ya' dari segala yang welas asih.
Tumbuh dan berkembang,
Sifat suci bersemayang dalam dirinya,
Dalam tutur, sikap dan perilakunya,
Mulia akhlaknya, semulia derajatnya.
Dengan tulus,
melangkahnya ia, mengemban amanah, menyelimuti setiap kaki yang berjalan kepadanya,
Merintih dan meringkik kepadanya
Tanpa lelah, tanpa meminta apa-apa,
Jutaan Kasih sayangnya,
tak pernah ujung menua,
Tercurah dengan luhurnya, sifat mulianya.
Sungguh begitu ikhlasnya.
Wahai sang pengibur lara,
Dirimu bagai rembulan dikegelapan malam,
Wajahmu membuat teduh, saat kami sedang geram,
melewati masa-masa yang kelam,
Senyummu seperti obat,
saat kami sedat merasakan penat.
Nasehatmu adalah Bunga yang merekah saat kami salah langkah.
Terimakasih sang petuah.
Engkau, sang terkasih.
Sungguh ridhomu bagai ridho Ilahi,
Merubah yang samar menjadi sebuah makna,
Makna dari sebuah masa menjelang dan akan datang.
Menciptakan keajaiban,
Seperti senja menyambut petang,
Tersirat dengan warna keindahan alam,
Oh terpejem,
Mataku biru, sendu tertunduk haru,
Maafkan aku yang sampai saat ini belum berbakti kepadamu.
Namun,
Aku tau,
Bahwa
Rasamu juga rasaku,
Rindumu juga rinduku,
Karena Aku adalah kamu
Aku mencintaimu,
Anugrah terindah berjumpa denganmu,
duhai Malaikat berhati Mulia "Ibu" ..
Komentar
Posting Komentar